Pages

Kamis, 13 Oktober 2011

di sebuah titik

pada titik itu, kita bertemu
di tepianya kita menatap senja
dan kita terasa begitu dekat, sangat dekat
harapan merajut pada waktu, agar tak mudah terlarut
sehingga kita bisa lebih lama meneguknya
sayang, kita pun tau tak ada yang kuasa atasnya

seiring lenyapnya, kita dipaksa menanggalkan tempat itu
mempertanyakan dengan penantian pada titik itu akan mempertaukan kembali
menatap kembali senja
dan membiarkan angin menyibak rambutmu

ataukah
membiarkan semuanya menguap begitu saja
berubah menjadi butirbutir yang kita nikmati masingmasing di balik tirai
dengan memandang titik yang kian curam dalam deburan ombak terus menghantam
meski kita tahu
bahwa ini bukan hendak kita

Rabu, 12 Oktober 2011

digadai


adalah sepi yang tercabutnya ramai, tapi aku sedang berada di pasar


membiarkan tubuh tercabikcabik elang


berteriak menangis sejadijadi layaknya bayi


tak ada jawaban atas segenap pertanyaan


hanya melampirkan


secarik cerita mengadu tempat pegadaian


agar kugadaikan tubuhku


lalu berlari dan terus berlarilari


tak ada kata, tak ada tawa, tak ada tangis


semuanya melenyap dipermukaan


_________”___________


akhirnya kau datang juga


bawa sana,


lelah ku menyimpan tubuhmu


aku lemparkan ke laut, ikan menolaknya


di kubur, cacing pun menolak


demikian juga para penjagal daging


“NAJIS, HARAM, JADAH”


_____________________”________________


ku pandangi tubuh yang terdampar begitu saja


matanya terlihat tajam seperti hendak menyampaikan pesan, namun tenggorakannya seperti tersendat


siapa yang hendak menerima tubuh


Sebuah Catatan Terasing

Jumat, 02 September 2011

di tepi sana, kita menatap senja
dan berharap waktu tak mudah terlarut
sehingga kita bisa lebih lama meneguknya
sayang, kita pun tau tak ada yang kuasa atasnya

seiring lenyapnya, kita dipaksa menanggalkan  tempat itu
akankah kita akan ada sana kembali
menatap
membiarkan langit menyibak rambutmu


Senin, 29 Agustus 2011

aku terdampar begitu saja
tanpa sehelai benangpun
hanya tertutup dengan jeritanjeritan
menderai air mata

lalu benangbenang menutup kian tebal
hingga tak tahu mana yang benarbenar benang
dan kini, aku berharap dapat mengurai benangbenang tersebut
hingga tak ada lagi benang menutupku dihadapanMu
dengan deraian air mata

tapi, bagaimana caranya
anugrahMu telah aku gunakan untuk
merajut hati ini
membuatku kian tebal dihadapanMu


Minggu, 28 Agustus 2011

Ajakan Secangkir Kopi

saat ini, cukup bagiku tersaji secangkir kopi hitam
berserta rokok
nikmati dalam dinginnya malam
sambil menatap langit,
sayang tak ada bintang

apakah kau bersedia menikmatinya bersama
dan kita akan melahap setip katakata
sebagai penghias malam
walau katakata tak seindah para penyair
dan aku bukan pembuat sajak sepotong senja untuk kekasasihku
aku hanya pecinta kopi, yang memintamu untuk ikut menikmati

tak perlu kau risaukan tentang hari esok
sebab tanpa dinanti pasti akan datang jua
lalu kita tinggal mencipatkan jejakjejak
walau harus mengulang jejakjejak
dan ini adalah jejak kita, bukan jejak mereka
sebab aku, kamu, dan mereka mempunyai jejaknya yang telah diukir masingmasing




Jumat, 26 Agustus 2011

tibatiba gelap

di pantai itu, ia hanya duduk
menatap langi pekatpekat
sudah tak terhitung berapa lama
tak peduli pancaran sinar
deburan ombak saling mengejar tak henti menerpa karang

bagiamana seketika karang pun hancur
ombak merasa lelah
dan tibatiba langit menghitam

tak terdengar deru ombak
tak ada lagi cerah langit
hanya hening nan gelap


Selasa, 23 Agustus 2011

belum ada judul

bukan untuk berbagi
atau mengaduh pada nasib
yang berharap pada iba

hanya berlari meninggalkan perih
sebagai balasan terhadapa kepengecutan
terus berlari meninggalkan jejakjejak yang menghantui
dan hantuhantu terusa saja tertawa riang

lalu bagaimana mungkin aku dapat berdiri di puncak
jika aku masih saja tak kuasa menata ulang
serpihanserpihan yang telah melebur
bahkan terukurai

jika saja memang benar adanya
lalu apakah aku akan bersandar padanya
sedangakan untuk menyebut namanya pun
aku malu

sebab aku hanya mempermainkannya
dengan segala janjijanji yang tak pernah terwujud
bahkan aku dengan bangga mengikari atasNya

dan saat ini, biarlah aku berlari
mukin dengan jalan yang bukan kau ridhoi
walau aku tak kuasa untuk melangkah








Minggu, 21 Agustus 2011

asap hitam

nafasnafas saling berburu
meyibak rasa gundah terus menekan
menyeksakan dada
hendak kuganti penghuninya
kupicu langkahku
namun, nafasnafas semakin memburu
kusandarkan padanya hanya angin yang terasa sesaat
lalu nafasnafas itu tetap saja memburu
tak ada tempat, semuanya sama
dunia telah menjadi kupalan asapasap hitam
yang selalu saja membuatku dadaku sesak

Jumat, 19 Agustus 2011

hanya sampah

aku mencarinya
lalu memungutnya
untuk ditambal pada lembaran yang bocor

lalu kulemparkan kembali kata itu pada tong sampah
semua kata layaknya sampah
apakah pikiran ini yang sampah
sehingga tak tau kata yang mana


jika benar bahwa sebuah tulisan adalah sebuah ekpresi
ekpresi dari apa yang dirasakan
aku tak tahu apa rasanya
yang tahu aku sedang berjalan entah kenama dengan rasa takut

teruntuk
orang melalui spermanya aku terlahir
izinkan aku mencari sesuatu yang masih kupertanyakan
tak usah kau risaukan

dan tertuntuk yang tak terjangkau, sampaikan rinduku pada perempuan yang dari rahimnya aku terlahir
tempatkan dia di tempat terindah

untuk yang selama ini selalu menemaniku,
tak ada kata yang terlahir
semua kata terasa habis terbakar
dan hanya menyisakan sebuah huruf yang menyalin sebuah namamu.




Minggu, 26 Juni 2011

Karangpun lebur

Seberapa banyak langkah itu hanya putaran waktu saja
dan pada akhirnya akupun terkapar
sebelum semua usai
akan kugoreskan warna
walau kukenal hanya hitam dan putih
selakyaknya permainan ada kalah dan menang
dan sang pencipta berdiri kokoh menykasikan orangorang yang menjadi gila
lalu sebagaian orang membunuhnya dengan menciptakan Tuhan-Tuhan baru
agar menjadi pemenang
sedangkan aku berdiri menatap ombak yang tak lelah menghamtam karang
terasa pilu lalu semuanya akan melebur
dengan sesuatu yang belum terjawab
(ciputat 25/6)

Kamis, 23 Juni 2011

memang tak ada sesuatu
tapi semua masih terekam dengan jelas
guratan-guratan yang
selalu mengajakku untuk memasukinya
tarikannya begitu kuat

walau waktu melaju dengan cepat
yang kemudian menutup dan siap membuka cerita baru
hingga berlembar-lembar cerita
memang rasa ini terbalut dengan senang, sedih, suka, duka atau mungkin hal-hal yang lebih semu
namun, cerita indah akan selalu mempunyai tempat tersendiri
kaupun tentunya mengetahuinya
bahwa adakah cerita lebih indah melibihinya

Rabu, 15 Juni 2011

kampung mati

hanya taman ilalang liar
mengabiskan sisasisa kandungan
rasa panas terserap malalui telapak kaki
maklum hujan tak kunjung singgah

orangorang mulai berpikir
tentang Tuhan
segala ritual telah terhadirkan
dan mengutuk yang namanya kemarau

sungai hanya segores cerita lama
seperti hanya perkampungannya
begi pula dengan orangorangnya


sesungguh air telah berpindah tempat

Minggu, 12 Juni 2011

di persimpang jalan,
menatapnya
hanya membuat pilu
teruma saat tersenyum
saat tertulis dalam catatan harian bahwa hidup adalah tragedi

kau hanya pantulan wajahku
dan kau pun hanya pelengkap
dari hitam dan putih

memang angin masih berhembus
dan senyum masih terhias pada langkahlangkah
malam ini
esok
malam
dan esok
langkah yang mana

simpang jalan ini,
kau dan aku menuntut atas takdirnya

Rabu, 08 Juni 2011

Sayup basah masih terasa
Saat rintik hujan lembut belai bumi
Bunga tumbuh dari bongkahan batu
Ilalang menjulang meneteskan sisa hujan
Tapi, sayang.........................................
tak ada secangkir kopi hitam menemaniku.
hehehe

Selasa, 31 Mei 2011

mendengkur

mendengarnya
terasa begitu nikmat
iri padanya
sambil berharap
andai saja saya bisa……………..
tentunya sekarang saya ada di hotel
sambil berpuas diri untuk mendengkur
bukan di ruangan ini, dan selalu bertarung dengan nyamuk
membuat malamku terasa menyiksa
dan badanku terlalu sulit untuk gemuk

saat menjelang pagi

Kamis, 26 Mei 2011

Melawan Sepi

Kunikmati secangkir sisa kopi hitam kental
begitupula dengan rokok
setelah semalam kugeluti keduanya

malam mengantarkan aku pada kerinduan tentangmu
akupun mencari jawaban atasnya
pada terminal yang terdengar hanya suara deru mesin
lari ke pasar didapati suara menjajakan barang
radio dengan suaranya
TV menatap penuh hampa

Kuukir sebuah nama pada pasir yang terdengar deru ombak
Walau telah terhidang
Masih ku bertanya tentang jawaban atas sepiku

Minggu, 22 Mei 2011

Persinggahan

setelah itu,
kita menantikan racikan dari orang yang sedang meracik kopi
nyala lampu remang membuatmu terasa begitu manis
lalu kau gengam tangan kananmu pada secangkir kopi
penuh harap pada hangatnya
terkadang kau temukan kedua telapak tangamu lalu kau gesekan
malam kian larut, tapi hujan belum juga menunjukan tanda-tanda untuk reda
mari kita menembus rinai hujan ini
membiarkan tubuh kita kembali diguyur hujan
merasakan rasa dalam udara yang semakin dingin
dan biarkan tempat ini, menjadi salah satu tempat persinggahan dalam perjalan kita
lalu kaupun hanya membalas dengan senyum

Kamis, 19 Mei 2011

kala hujan

hujan itu,
mengusik
menarikku untuk menelusuri kembali jejak
sayang, aku hanya menatap di balik jendela
bagaimana denganmu
apakah kau juga merasakannya
membiarkan dirimu basah
atau hanya menatap
kuharap hujan ini bukan hanya suatu persinggahan
lalu berlalu begitu saja
matahari terlalu pelit berbagi dengan rembulan
hingga membuat rembulan hanya dapat mengintip dibalik awan

gelap memang jalan ini
adalah benar habis ini, akan terang
dan langkahku terseok seok
mencari arah

singkirkan sayapmu
meski aku akan terjatuh
dan pada akhirnya menyerah

Selasa, 17 Mei 2011

luka

kutembus batas ruang
terhampar puing-puing
lalu hanya tawa yang terdengar
tatkala
sekelebat kelalar memecah rembulan
membiarkan rambut terurai angin
sambil menatap kembali puing-puing tersebut
tanpa sadar kugores pada puing yang menguak
hingga terasa begitu perih

Senin, 09 Mei 2011

Bendara Putih di papan catur

sebelum kukibarkan bendera putih
dan berkibarannya bendara kuning
kuharap masih tetap melangkah
serat benar terasa
hanya putaran waktu yang membawaku kembali memejamkan mata
memang aku tak mengetahui langkah ini
tak seperiti pada tanah basah yang menepakan jejak

lalu, apakah padamu aku akan berbicara?
kukira aku tak akan, walau kutahu kau akan membiarkan dirimu terlalut dengan ceritaku
bukan aku tak memandangamu
sebab ini langkah yang telah kupilih
walau kuterjebak pada salah satu bidak bidak
maka mereka akan berkata hitam dan putih

lalu semua kembali pada kata hidup
kau kah hidup, kupikir bukan juga
tapi, kenapa kau berbicara bahwa itu adalah hidup
pernah juga kubuka pada dentuman lagu
begitupula bersetubuh dengan alkohol

langkah yang salah
kenapa sebelumnya tak kuletakan luncur itu pada putih
hingga tak kuasa melawan bidaknya yang telah ditentukan
Pion,pun sanggup terus malangkah hingga menjadi patih
aku bukan pion, luncur, atau kuda yang terasa begitu aneh disandingkan dengan yang lain

Minggu, 08 Mei 2011

kau, mereka, dan aku

kau yang berteriak
dengan tubuh terpanggang matahari
baju baju telah basah

debu beradu dengan gas
menampar wajah kian tebal

kau yang berhambur
dengan darah bebas dari tubuh
daging telah menghitam, hangus sudah

lalu tersiat kabar
kau orang hilang
kau juga orang yang terkapar
kau relakan
hanya untuk sebuah mimpi

lalu seuntai kata sabagai pengantar kau
kau hidup bukan untuk hidupmu
dari dunia yang kelam
berharap malam terbit matahari
mencari sisa embun

begitulah coloteh mereka padamu
dari orangorang
sibuk mengenangmu
mungkin harapmu bukan untuk dikenang
atau sekedar mengenang
bahwa kau adalah pahlawan

kau yang di sana
apakah kau mengetahuinya, kawan?
bahwa mimpi hanya milikmu
silahkan pula kau menangis tersedusedu
ini, lah hasil dari mimpimu, kawan

bahwa
ada tertulis DPR jalanjalan
ada juga KKN masih menjadijadi
rakyat berebut lahan
dengan demokrasi

atau
mungkin kini kau telah temui
matahari telah terangi malam
embun terasa menyejukan dadamu yang sesak
jalan mewangi taburan bunga


sedangkan aku
hanya diam
penuh bisu menatap diriku

Sabtu, 07 Mei 2011

terasing

suara-suara itu, terasa membawaku di pojok pulau
memandang pada wajah-wajah yang riang
benar di sini sedang ada pesta
tapi, entahlah
aku sendiri bertanya sedang apa?

aku menatap pada sebuah lembah
pucuk pinus berdansa mengikuti irama angin
sambil menikmati secangkir kopi hitam
lalu rokok aku hisap kuat kuat terasa begitu nikmat

tiba-tiba saja ada gelak tawa
yang membuyarkan lamunan
dan kudapati kembali wajah-wajah riang

Jumat, 06 Mei 2011

Katakan saja

secarik kata tergores pada dinding
mengukir rasa
sayang, kau hanya berkata dengan bisumu

Lalu tinta hitampun menguap hening, sehening diammu
Kenapa tak kau lepaskan saja penjara heningmu
dengan sejenak kau dengarkan tentang dinding bersua
lalu tinggal berteriak saja, mudah, toh.

mari kita berbicara tentang rasa yang merasa
atau mengutuknya dengan umpatanumpatan yang begitu memuakkan
bisa juga berlari karena takut akan dindingdinding yang terkuak

Kau kira, kau telah tenggelamkan
rasa yang menuntun pada tempat berlabuh

Rabu, 04 Mei 2011

G I L A

G I
L A

Aku terlelakan disini
Bersama gelak tawa mereka
tersingkir dalam dunia
Saat ini atau saat nanti

Kegilaan ini mungkin berkah
Saat aku benar-benar gila
Dan gilaku ini tak lebih gila atas mereka
Yang seakan suci membungkus kegilaan


Tawaku ini bukan sekedar tawa
Atas tangis hanya sekedar tangis
Jijik aku, sejijik kamu melihat aku

Ingin kuinjak tanah basah
Dalam gengam sang pelita
Ingin kumenangis bukan sekedar tangis
Saat aku disini dan benar-benar disini

Pikir bukan sekedar pikiran
Saat aku berfikir dalam kukur
Hitam kini telah putih
Dalam kertas warna hidup

Puas kuhirup tanah mati
Yang hidup dalam hati
Terus tumbuh dan berbuah
Saat embun basahi bejana

Kain ini hanya selembar kain
Yang berwarna tampa makna
Symbol hanya sebagai symbol
Sejarah hanya goresan cerita

mayat penggali kuburan

awalnya
nyanyian malam berupa lolongan anjing lapar
begitupula ribuan laron mengantarkan nyawa di sebuah bolham 5W
mencekam kesunyian
mengoyak hati

kutebus hujan kecil yang hadir tanpa undangan
menelusuri dinginnya malam di balik pohon kamboja
hamparan mayat tertutup kilauan cahaya
di tengah aroma parfum mengundang berahi

akhirnya kugali sendiri kuburanku

Selasa, 03 Mei 2011

sesal

Seperti menghapus jejak
Saat waktu menggrogoti jaman
Mengukir kembali apa yang pernah terjadi
Tak terasa tetes dan senyum menghias sesak

musik jazz berserta wisky

angin membawa suara ricik
menebus dinding telinga
kupikir tak ada yang benar-benar tuli
suara ricik gemercik mengiring langkahnya
melangkahnya menebus panas yang penat
setelah deru mesin sebagai isyarat
pengantar
di antara derai tawa membisu
tuan adakah rasamu, rasa yang mendera
tentang anak mu yang sedang menyusui
membiarkan tubuhnya berselimut tangan sutra
nyoya dengan makeup tebal
tercium parfum perancis
sambil mendengarkan musik jazz
bertemankan dinginnya wisky
dan malampun pergi untuk menjemput pagi
di sebuah perapatan jalan

Minggu, 01 Mei 2011

dunia pendidikan

mendidik dan didik
siapa dan untuk siapa
kenapa dan mengapa

sebab

para perumusnya sibuk dengan menekan angkaangka
para pengamatnya sibuk mencari katakata yang hilang
dan media hanya sibuk mempertontonkan mereka
tertawa sambil bertepuk tangan

jika ada teriakan hanya terlempar di tong sampah
teriakanpun hilang ditelan raksasa
lalu perutnya kian membuncit

dan raksasa semakin menggila
dengan cepat melahirkan para raksasa

peringatan menjadi doa yang terkutuk
Kihajar pun hanya diam dengan air bercucur
malam lenyap, tapi sayang matahari belum siap terbit

sulapan

goresan sejarah tanpa tinta
hanya mendapatkan bangunan kian merapuh
lalu meleyap ditelan waktu

pesulap mendendangkan ajian
persekian detik
hatipun tertutup kilauan cahaya
ribuan suarasuara beradu suarasuara
melahirkan bising

diantaro pojokpojok hitam nampak lambaian miris
pada sejuta harap dalam kapar
samar disorot gemerlap
lalu semakin samar hinggap melenyap

sekedar mengenang untuk pesan kepada bangsa
maka tak perlua kau kenang jua, bahwa itu memang ada
sebuah tempat kami berada
walau tembok lembut kian menebal

kota tua, pada tengah malam di tengah keramaian.

Sabtu, 30 April 2011

Topeng

wajahku, wajahmu
berbeda
"apa yang berbeda?"
tak tau, terlalu banyak topeng
"topeng apa?"
topeng di wajah
sampaisampai aku tak mengenal wajahku dan begitupula dirimu
tadinya, kupikir wajahmu adalah wajahku

Rabu, 27 April 2011

simpuhku

lalu tepakan menyengat
mengikuti setiap jalur yang kutelusuri

kau yang sudah tak tersentuh
begitu pula dipandang

orangorang berceloteh
bahwa datang dan pergi
sudah biasa
benarkah kau mengerti tentang hilang
setitikpun aku tak merelakan dirinya lenyap

namun,sayang kuasaku tak mampu melawan kuasaMu
maka
dengan segala macam sesembahan
atas kelayakanMu mendapatkannya
maka padaNya aku pinta
biarlah dia ada dalam pelukanMu

walau sedat benar kata untuk menyebut namaMu
dan simpuhku berupa taburan murkaMu

selamat jalan
wahai yang tak tergantikan
maafkan atas jawaban sayang

Minggu, 24 April 2011

Hampa adalah ada

Percuma saja kau paksakan
Agar abjad
Melahirkan kata

Kenapa juga kupaksakan untuk ada
lalu
biarlah tanya menjadi hampa
dengan kehampaan yang menjadi ada
sebab hampapun adalah ada

Orangorang vampir

orangorang berkumpul
sejak kapan mereka berkumpul
tak ada yang mengetahui

awalnya mereka menelan ludah
lalu
masingmasing menjilati tubuhnya
tibatiba
mereka mengisap darah diantara mereka bak vampir
lalu salah satu menggigit nadi
sampai tak ada untuk diisap
dengan kaparan penuh luka

di hadapan mereka terdapat seorang yang menjajarkan segala macam jenis minuman, di dalamnya terdapat seroang dengan pakain kebesaran sibuk memberi stempel


air tanah
tanahair
berubah menjadi hempasan tandus

Hangus sudah
Ciputat 15/4/2011

Sabtu, 23 April 2011

mewarnai dunia

secarik kertas putih
tergores
hitam
putih
saat mereka memberikan warna
seperti orang yang buta warna

sedangakan aku
menyelam
pada pahit melebihi brantawali
atau manisnya melebihi tebu
mencabik tawar pahit manisnya hidup

Minggu, 17 April 2011

mimpi

selain suara dengkuran
dari nafas yang tersedat
tak ada suara lainnya
inikah sepi yang menjalar dari dengkuran
dengan menawarkan mimpi
saar fajar kupandang mimpi yang tertancap
dengan senyum getir

Kamis, 14 April 2011

zaman

inikah revolusi
terlahir dari magma
suara rakyat merakyat
dari gedung

inikah pembangunan
terlahir dari tanah
suara rakyat merakyat
dari apartemen

inikah reformasi
terlahir air
suara rakyat merakyat
dari hotel

Selasa, 12 April 2011

Bersyukur

matahari berangkat tidur

ombak menganyunkan-ayunkan sampan

tangan kekar mendayung

menyelinap antar kapal-kapal

esok akan ada yang naik sampan

sambil mengisap rokok

sambil menanti sembelum matahari

tak berdaya

atau sekedar duduk di tepi

pelepas jengahnya

dan akan berkata kembali

“biarlah dengan esok, sekarang nikmati saja yang ada

atau, atau saja”

lalu semua tinggal menanti ujung perjalanan

Senin, 11 April 2011

Kisah di Sebuah Taman

sosok
yang mengahadirkan
kembali membawa pada perjumpaan
kukira akan enyah

Rumiyem
bukan nama sebenarnya
tubuhnya tak gemuk
dan juga tak tinggi

kehadirannya di antara mereka yang sedang menanti
waktu
hanya sekedar menanti kehadiran
dengan sesembahan

kembang api memancarkan warna di atas gedung
Suara-suara terompet
sebagai ritual penyambutan pada hadirnya waktu
sepertinya perempuan itu, bukan untuk menikmati kembang api
ia berjalan mendekati air
sesudah itu terdengar takbir darinya
suara yang terkadang melantun memadu dengan gelak tawa
Keningnya mencium lembaran kertas
hembusan nafas lembutnya beradu dengan orama alkohol
selepasnya

tubuhnya terbaring di atas sejadah
pancaran lampu kota menyinari muka
sesujuk angin malam

kemang, menjelang tahun baru

Rabu, 06 April 2011

aku?

…………………..aku?
aku……………………………………..?
…………………aku……………………?
mencari istilah kata
Segala kamus berterbaran tak berdaya

penyerahan diri
dengan bersetubuh
pada pertemuan antar pagi
begitu pula malam hari
sesekali terasing

Minggu, 03 April 2011

mual

kucerna apa yang terasa

hanya hampa belaka

sebab

mereka hanya menyebarkan ungkapan-ungkapan basi

terasa mual dibuatnya

Nyamuk berceloteh, Manusia pun terkapar

oleh karenanya, aku pun memoleskan diri
beriba pada sunyi
bukan tak berkehendak tuk membagi, bukan
aku tak rela untuk kau nikmatin
tapi redakan bisingmu
atau henyalah



kau kira, aku menikmatinya
hanya untuk bertahan hidup dengan kematian yang selalu menghantaui
Kau pun cukup mengetahui tentang hidup
bahwa aku merelakan diri, tanpa bisa mengelak atasNya
bukan aku yang harus pergi, tapi mereka
yang menjadikan aku kambing hitam dari kehidupanmu
mereka yang menghisapmu tanpa rasa puas
sampai kau benar-benar terkapar tanpa darah

Minggu, 27 Maret 2011

aku putaran waktu

bukan pada malam ini atau siang
kakiku belum lumpuh direnggut sang Tuan
layaknya elang yang mengepakan sayap
dan juga perjuangan tetasan kura-kura yang penuh ancaman
tapi ikan salmon tak perlu peta arah pulang
Pada waktunya pula, aku akan kembali
melalui lorong rimbunan hitam
menyimak sepasang kupu-kupu

Salam bagi para pengelana kata-kata
membiarkan jiwanya mengembara
tak merelakan jiwanya direnggut
Dengan mata yang selalu memerah
25/3/2011

Sabtu, 26 Maret 2011

Bercumbu

diracik
lalu terseduh
tak perlu mengumpat, tinggal kau nikmati
atau tinggalkan saja dan kau cari yang lain
biarkan kuteguk
manis pahitnya
mengendap getir

luar sana
daun-daun melambai
mengepas embun
tepat matahari terasa enggan bangun

menghidangkan kembali
membentang rasa semu
Jika kau tak berminat
akupun engan berbagi

Rabu, 23 Maret 2011

Dialog Rembulan dengan Matahari

Siapa kamu?
Beraninya, mengusikku
Tidakkah kau lihat sepesang remaja sedang menikmatiku
Setelah sekian lama mereka merindukan akan diriku
Sebab ada seorang penyair yang mencuri sebagianku kala senja , untuk diberikan pada kekasihnya
Mereka bukan sedang menikmatimu, tapi menantiku untuk datang
Sebab setelah beberapa hari ini, aku telah mempersiapakan diri untuk menampakan dengan sempurna, ungkap rembulan
Tapi, tidak ada seorang yang mencurimu, ungkap matahari dengan kesal
Yang dicuri adalah senja, lalu rembulanpun menampakan diri
Ciputat, 23/3

Rabu, 16 Maret 2011

keabadian kisah

kisah itu kembali, kisah yang telah lapuk
rasa ini masih terasa benar
tentang…………………………………………

waktu juga yang bergerak maju
tapi, semakin membawa cerita pada pangkuan
tak ada yang meminta
seperti tak pernah lapuk
layaknya arus

memang sudah jalan kehidupan
bahwa ada yang datang dan pergi
dan kita memaksakan diri untuk menerimanya

tak berniat untuk menghapus
dan memang tak pernah bisa terhapus
karena hati ini memiiiki bagiannya tersendiri
saat tiba waktunya kita akan perjumpa
tak perlu kau menanti
bukan untuk saat ini
ku sendiri tak tau benar kapan itu terjadi
saat ini biarkan aku mengukir jalan ini
kisah kita telah berbeda

kuharapkan kebahagianmu di sana
bertemankan para bidadari

Selamat jalan, kuharapan pengampunan atas sikapku
Ciputat , menjelang pagi, 17/3/2011

menyerah

langit menghitam
Sepertinya hendak turun hujan
Teryata hanya rintik-rintik

Tak seperti hari kemarin
Yang panas begitu terasa benar

Awalnya kupikir tak perlu merisaukan adanya
Teryata aku tunduk padanya

Buntu,15/3/2011

Selasa, 15 Maret 2011

“cerita kawan, untuk mimpi”

dalam sebuah tegukan bir
pada malam menampilkan mimpi-mimpi
lalu, kita terbuai olehnya

cukup lama sudah
kita dibuai olehnya
sama halnya buaian payudara kala kita merengek

kawan
jangan kau bunuh aku

kawan, ajak saja aku untuk keluar dari ranjang empuk ini
atau kutampar pula kau agar tak terdengar rayu
biarkan mata memerah
muka penuh makup debu
pakaian membasa
memang kita tak perlu menjadi kelelawar saat malam tiba


tangan ini terlalu longgar lalu mengepas kita
dalam sunyi masing-masing
waktu telah berkuasa
dengan merenggut malam

kawan
sekarang rasa ini terlalu hambar

aku meneguk bir
mengasingkan diri dari waktu
yang terus merengguk

kau pun merangkai bunga tanda mati
saat aku masih merasakan hembusan nafas
dahaga yang mencibir
mimpipun melenyap

ciputat, 14/3/2011

Minggu, 13 Maret 2011

“kepada perempuanku”

Tak terhitung sudah langkah
Benarkah telah melelah
Kala tanya pada muara
Bukanya enggan terpikirkan tentang muara

Kau berkata tentang lelah
Begitupula dengan ku
Mari kita melepas sejenak penat
Membersihkan telepak kaki yang penuh dengan pasir
Pasir yang mengetuk hati
Pilu, sedu lalu air mengucur
Jangan bekukan


Jangan korbankan
mengenai dunia kecil ini

walau, langkahmu dirudung nasib yang membiru
kutahu bahwa terlalu banyak senduan dalam galau
Setibanya di muara, namun bukan tempat akhir
mari sejenak kita berhenti
dan esok kita akan berkelana kembali
karena asa tak perlu terbunuh
mereka pun demikian
bahwa setiap penghuni berkicau
dari kecil sampai binatang terbesar

membiarkan kicauan mendendang
dengan mimpi yang terjaga hidup
dengan para kelana

demikian kau, aku, dan mereka
Bukan
Bukan hendak melepas
Karena kau tak pernah terlepas
Tapi, tentang detik yang membawa hari
Pada pengaduan

Dari sana, lah
kita akan berbicara tentang kisah
pada mimpi
dengan bersua padanya
bahwa kau harus menjadi bintang
untuk menerang dirimu saat berkelana
dengan kisah yang akan terukir
membentuk sebuah kisah tersendiri

ciputat,13/3/2011

“Rindu”

Jangan kau kira bahwa aku tak merindu
Rindu yang telah membuat aku terdampar
Berbicara rindu merindu
Aku lebih mengenal
Rokok tak berasa begitu pula dengan kopi
Bukan untuk lesung pipimu, karana masih begitu nampak
telah menjadi abadi
dalam setiap jejak
Yang terukir
Tak usah melihat lain
Karena kita telah menjadi kisah tersendiri

Ciputat,13/3/2011

Selasa, 22 Februari 2011

“kematinya”

Lihatlah
Amati
Wajah mereka tampak murung
Matanya memerah
Sebab tak ada kelahiran

“Kelahiran”

Tahukah,
aku telah bersetubuh
Entah berapa kali lamanya
Lalu mengendap
Hingga kau hadir
Maafkan anakku
Jika dicaci, diumpat
Karena kau cacat
Mereka akan berkata kau terlalu dini
Prematur
Tapi, kau tetap anakku
Lahir dari rasa ini
Dengan gejolak yang selalu mengendap
Kau akan matang kelak
Hingga kau rasakan matangnya
Ciputat,7/2/2011

“Sesajen”

Kuhadirkan kopi hitam kental
Rokok kretek
Mengunci diri
Sepi, hening
Sesunyi huruf yang enggan tampak
Ciputat,6/2/2011

Sabtu, 19 Februari 2011

Tragedi

Amukan nafsu mengalir halus lalu memuncrat
Persekian detik ribuan nyawa terhempas
Tak ada jerit,
tak ada darah,
begitu pun pemakaman
Semua terjadi begitu lembut
Mereka berserakan
Memenuhi ruangan
Pemberontakan menghadirkan kepasrahan
Ciputat, 5/2/2012

Selasa, 01 Februari 2011

Permohonan sang pendosa

aku pernah bersimpuh
bukan untuk mengungkit
ku tau kau lebih paham dalam hitung-menghitung
karena kau bukan pelupa
lalu bertanya
terkadang menghujatnya
mereka berbicara
dan entah
apa itu jawaban
ada yang terlewatkan berupa
sengaja tak memberikan huruf besar
Karena kuyakin ia tak membutuhkan
Karena ia pemilik dari segalanya
tentunya ia tak akan merasa seresah
bukan untuk pengampun
karena ku masih bemain-main dengan nafsu
untuk berapa lama aku menjawab diri
aku hanya meminta dari kemurahan hatimu
Jangan kau hunus rasa ini
bukankah kau sendiri yang telah meminta agar aku meminta
bukankah kau yang telah memberikan
selain otak
dengan harap kau tak matikan waktu
menelantarkan layaknya sisifus atau zombi dalam melihat hari
walalu kutau
aku seorang pendosa


ciputat, 30/1