Pages

Selasa, 10 April 2012

mengukir jejak

kita duduk termenung dibawah temaram lampu
bersandar pada dinding bisu
menatap rinai hujan

sesekali
potongan kata hadir usir sepi yang mulai menyelimuti
namun, ia tetap tak kunjung reda

biarlah diam, bisa jadi lebih baik
dan membiarkan katakata berdetak
sambil menebak jawabnya

atau mungkin kita terlalu malu
jadinya hanya diam
seperti bukan juga

ku tahu tenggorok begitu kering
lidah terasa kelu

masihkah kita kembali memenuhi halaman kosong
dengan mengukir setiap jejak
memberikan tanda pada setiap lankahlangkahnya
dan biarkan warna hadir dengan sendirinya
diam kembali menutup ruang

dan kita menanggalkan tempat
melangkah pada air mengenang
terimakasih kau telah singgah
menunggu kopi hitam dingin
Jelang subuh kampoeng utan,11/4

Perempuanku

kupandangi dalam sebuah bingkai kian usang
jalanya waktu tak mengubah adanya

sekarang kau tahu, kenapa aku berharap bertemu
hanya untuk satu alasan yang kumiliki
menatap puas matanya, menuguk setiap deraiderainya
berharap lancarkan tenggorakan
dan lihatlah diriku ini

atau lihat di luar sana, air turun bebes
yang menjadikan aku begitu iri padanya

Dan, sudalah
biarkan saja
lagian, tak ada siaran ulang

untuk saat ini,
berjalan menuju altar
ritual persembahan telah dibuat sedemikian rupa
namun, kenyakinan ini tak akan pernah cukup
dan entalah, apakah ini ampuh