Pages

Selasa, 22 Februari 2011

“kematinya”

Lihatlah
Amati
Wajah mereka tampak murung
Matanya memerah
Sebab tak ada kelahiran

“Kelahiran”

Tahukah,
aku telah bersetubuh
Entah berapa kali lamanya
Lalu mengendap
Hingga kau hadir
Maafkan anakku
Jika dicaci, diumpat
Karena kau cacat
Mereka akan berkata kau terlalu dini
Prematur
Tapi, kau tetap anakku
Lahir dari rasa ini
Dengan gejolak yang selalu mengendap
Kau akan matang kelak
Hingga kau rasakan matangnya
Ciputat,7/2/2011

“Sesajen”

Kuhadirkan kopi hitam kental
Rokok kretek
Mengunci diri
Sepi, hening
Sesunyi huruf yang enggan tampak
Ciputat,6/2/2011

Sabtu, 19 Februari 2011

Tragedi

Amukan nafsu mengalir halus lalu memuncrat
Persekian detik ribuan nyawa terhempas
Tak ada jerit,
tak ada darah,
begitu pun pemakaman
Semua terjadi begitu lembut
Mereka berserakan
Memenuhi ruangan
Pemberontakan menghadirkan kepasrahan
Ciputat, 5/2/2012

Selasa, 01 Februari 2011

Permohonan sang pendosa

aku pernah bersimpuh
bukan untuk mengungkit
ku tau kau lebih paham dalam hitung-menghitung
karena kau bukan pelupa
lalu bertanya
terkadang menghujatnya
mereka berbicara
dan entah
apa itu jawaban
ada yang terlewatkan berupa
sengaja tak memberikan huruf besar
Karena kuyakin ia tak membutuhkan
Karena ia pemilik dari segalanya
tentunya ia tak akan merasa seresah
bukan untuk pengampun
karena ku masih bemain-main dengan nafsu
untuk berapa lama aku menjawab diri
aku hanya meminta dari kemurahan hatimu
Jangan kau hunus rasa ini
bukankah kau sendiri yang telah meminta agar aku meminta
bukankah kau yang telah memberikan
selain otak
dengan harap kau tak matikan waktu
menelantarkan layaknya sisifus atau zombi dalam melihat hari
walalu kutau
aku seorang pendosa


ciputat, 30/1