Pages

Selasa, 31 Mei 2011

mendengkur

mendengarnya
terasa begitu nikmat
iri padanya
sambil berharap
andai saja saya bisa……………..
tentunya sekarang saya ada di hotel
sambil berpuas diri untuk mendengkur
bukan di ruangan ini, dan selalu bertarung dengan nyamuk
membuat malamku terasa menyiksa
dan badanku terlalu sulit untuk gemuk

saat menjelang pagi

Kamis, 26 Mei 2011

Melawan Sepi

Kunikmati secangkir sisa kopi hitam kental
begitupula dengan rokok
setelah semalam kugeluti keduanya

malam mengantarkan aku pada kerinduan tentangmu
akupun mencari jawaban atasnya
pada terminal yang terdengar hanya suara deru mesin
lari ke pasar didapati suara menjajakan barang
radio dengan suaranya
TV menatap penuh hampa

Kuukir sebuah nama pada pasir yang terdengar deru ombak
Walau telah terhidang
Masih ku bertanya tentang jawaban atas sepiku

Minggu, 22 Mei 2011

Persinggahan

setelah itu,
kita menantikan racikan dari orang yang sedang meracik kopi
nyala lampu remang membuatmu terasa begitu manis
lalu kau gengam tangan kananmu pada secangkir kopi
penuh harap pada hangatnya
terkadang kau temukan kedua telapak tangamu lalu kau gesekan
malam kian larut, tapi hujan belum juga menunjukan tanda-tanda untuk reda
mari kita menembus rinai hujan ini
membiarkan tubuh kita kembali diguyur hujan
merasakan rasa dalam udara yang semakin dingin
dan biarkan tempat ini, menjadi salah satu tempat persinggahan dalam perjalan kita
lalu kaupun hanya membalas dengan senyum

Kamis, 19 Mei 2011

kala hujan

hujan itu,
mengusik
menarikku untuk menelusuri kembali jejak
sayang, aku hanya menatap di balik jendela
bagaimana denganmu
apakah kau juga merasakannya
membiarkan dirimu basah
atau hanya menatap
kuharap hujan ini bukan hanya suatu persinggahan
lalu berlalu begitu saja
matahari terlalu pelit berbagi dengan rembulan
hingga membuat rembulan hanya dapat mengintip dibalik awan

gelap memang jalan ini
adalah benar habis ini, akan terang
dan langkahku terseok seok
mencari arah

singkirkan sayapmu
meski aku akan terjatuh
dan pada akhirnya menyerah

Selasa, 17 Mei 2011

luka

kutembus batas ruang
terhampar puing-puing
lalu hanya tawa yang terdengar
tatkala
sekelebat kelalar memecah rembulan
membiarkan rambut terurai angin
sambil menatap kembali puing-puing tersebut
tanpa sadar kugores pada puing yang menguak
hingga terasa begitu perih

Senin, 09 Mei 2011

Bendara Putih di papan catur

sebelum kukibarkan bendera putih
dan berkibarannya bendara kuning
kuharap masih tetap melangkah
serat benar terasa
hanya putaran waktu yang membawaku kembali memejamkan mata
memang aku tak mengetahui langkah ini
tak seperiti pada tanah basah yang menepakan jejak

lalu, apakah padamu aku akan berbicara?
kukira aku tak akan, walau kutahu kau akan membiarkan dirimu terlalut dengan ceritaku
bukan aku tak memandangamu
sebab ini langkah yang telah kupilih
walau kuterjebak pada salah satu bidak bidak
maka mereka akan berkata hitam dan putih

lalu semua kembali pada kata hidup
kau kah hidup, kupikir bukan juga
tapi, kenapa kau berbicara bahwa itu adalah hidup
pernah juga kubuka pada dentuman lagu
begitupula bersetubuh dengan alkohol

langkah yang salah
kenapa sebelumnya tak kuletakan luncur itu pada putih
hingga tak kuasa melawan bidaknya yang telah ditentukan
Pion,pun sanggup terus malangkah hingga menjadi patih
aku bukan pion, luncur, atau kuda yang terasa begitu aneh disandingkan dengan yang lain

Minggu, 08 Mei 2011

kau, mereka, dan aku

kau yang berteriak
dengan tubuh terpanggang matahari
baju baju telah basah

debu beradu dengan gas
menampar wajah kian tebal

kau yang berhambur
dengan darah bebas dari tubuh
daging telah menghitam, hangus sudah

lalu tersiat kabar
kau orang hilang
kau juga orang yang terkapar
kau relakan
hanya untuk sebuah mimpi

lalu seuntai kata sabagai pengantar kau
kau hidup bukan untuk hidupmu
dari dunia yang kelam
berharap malam terbit matahari
mencari sisa embun

begitulah coloteh mereka padamu
dari orangorang
sibuk mengenangmu
mungkin harapmu bukan untuk dikenang
atau sekedar mengenang
bahwa kau adalah pahlawan

kau yang di sana
apakah kau mengetahuinya, kawan?
bahwa mimpi hanya milikmu
silahkan pula kau menangis tersedusedu
ini, lah hasil dari mimpimu, kawan

bahwa
ada tertulis DPR jalanjalan
ada juga KKN masih menjadijadi
rakyat berebut lahan
dengan demokrasi

atau
mungkin kini kau telah temui
matahari telah terangi malam
embun terasa menyejukan dadamu yang sesak
jalan mewangi taburan bunga


sedangkan aku
hanya diam
penuh bisu menatap diriku

Sabtu, 07 Mei 2011

terasing

suara-suara itu, terasa membawaku di pojok pulau
memandang pada wajah-wajah yang riang
benar di sini sedang ada pesta
tapi, entahlah
aku sendiri bertanya sedang apa?

aku menatap pada sebuah lembah
pucuk pinus berdansa mengikuti irama angin
sambil menikmati secangkir kopi hitam
lalu rokok aku hisap kuat kuat terasa begitu nikmat

tiba-tiba saja ada gelak tawa
yang membuyarkan lamunan
dan kudapati kembali wajah-wajah riang

Jumat, 06 Mei 2011

Katakan saja

secarik kata tergores pada dinding
mengukir rasa
sayang, kau hanya berkata dengan bisumu

Lalu tinta hitampun menguap hening, sehening diammu
Kenapa tak kau lepaskan saja penjara heningmu
dengan sejenak kau dengarkan tentang dinding bersua
lalu tinggal berteriak saja, mudah, toh.

mari kita berbicara tentang rasa yang merasa
atau mengutuknya dengan umpatanumpatan yang begitu memuakkan
bisa juga berlari karena takut akan dindingdinding yang terkuak

Kau kira, kau telah tenggelamkan
rasa yang menuntun pada tempat berlabuh

Rabu, 04 Mei 2011

G I L A

G I
L A

Aku terlelakan disini
Bersama gelak tawa mereka
tersingkir dalam dunia
Saat ini atau saat nanti

Kegilaan ini mungkin berkah
Saat aku benar-benar gila
Dan gilaku ini tak lebih gila atas mereka
Yang seakan suci membungkus kegilaan


Tawaku ini bukan sekedar tawa
Atas tangis hanya sekedar tangis
Jijik aku, sejijik kamu melihat aku

Ingin kuinjak tanah basah
Dalam gengam sang pelita
Ingin kumenangis bukan sekedar tangis
Saat aku disini dan benar-benar disini

Pikir bukan sekedar pikiran
Saat aku berfikir dalam kukur
Hitam kini telah putih
Dalam kertas warna hidup

Puas kuhirup tanah mati
Yang hidup dalam hati
Terus tumbuh dan berbuah
Saat embun basahi bejana

Kain ini hanya selembar kain
Yang berwarna tampa makna
Symbol hanya sebagai symbol
Sejarah hanya goresan cerita

mayat penggali kuburan

awalnya
nyanyian malam berupa lolongan anjing lapar
begitupula ribuan laron mengantarkan nyawa di sebuah bolham 5W
mencekam kesunyian
mengoyak hati

kutebus hujan kecil yang hadir tanpa undangan
menelusuri dinginnya malam di balik pohon kamboja
hamparan mayat tertutup kilauan cahaya
di tengah aroma parfum mengundang berahi

akhirnya kugali sendiri kuburanku

Selasa, 03 Mei 2011

sesal

Seperti menghapus jejak
Saat waktu menggrogoti jaman
Mengukir kembali apa yang pernah terjadi
Tak terasa tetes dan senyum menghias sesak

musik jazz berserta wisky

angin membawa suara ricik
menebus dinding telinga
kupikir tak ada yang benar-benar tuli
suara ricik gemercik mengiring langkahnya
melangkahnya menebus panas yang penat
setelah deru mesin sebagai isyarat
pengantar
di antara derai tawa membisu
tuan adakah rasamu, rasa yang mendera
tentang anak mu yang sedang menyusui
membiarkan tubuhnya berselimut tangan sutra
nyoya dengan makeup tebal
tercium parfum perancis
sambil mendengarkan musik jazz
bertemankan dinginnya wisky
dan malampun pergi untuk menjemput pagi
di sebuah perapatan jalan

Minggu, 01 Mei 2011

dunia pendidikan

mendidik dan didik
siapa dan untuk siapa
kenapa dan mengapa

sebab

para perumusnya sibuk dengan menekan angkaangka
para pengamatnya sibuk mencari katakata yang hilang
dan media hanya sibuk mempertontonkan mereka
tertawa sambil bertepuk tangan

jika ada teriakan hanya terlempar di tong sampah
teriakanpun hilang ditelan raksasa
lalu perutnya kian membuncit

dan raksasa semakin menggila
dengan cepat melahirkan para raksasa

peringatan menjadi doa yang terkutuk
Kihajar pun hanya diam dengan air bercucur
malam lenyap, tapi sayang matahari belum siap terbit

sulapan

goresan sejarah tanpa tinta
hanya mendapatkan bangunan kian merapuh
lalu meleyap ditelan waktu

pesulap mendendangkan ajian
persekian detik
hatipun tertutup kilauan cahaya
ribuan suarasuara beradu suarasuara
melahirkan bising

diantaro pojokpojok hitam nampak lambaian miris
pada sejuta harap dalam kapar
samar disorot gemerlap
lalu semakin samar hinggap melenyap

sekedar mengenang untuk pesan kepada bangsa
maka tak perlua kau kenang jua, bahwa itu memang ada
sebuah tempat kami berada
walau tembok lembut kian menebal

kota tua, pada tengah malam di tengah keramaian.