kita duduk termenung dibawah temaram lampu
bersandar pada dinding bisu
menatap rinai hujan
sesekali
potongan kata hadir usir sepi yang mulai menyelimuti
namun, ia tetap tak kunjung reda
biarlah diam, bisa jadi lebih baik
dan membiarkan katakata berdetak
sambil menebak jawabnya
atau mungkin kita terlalu malu
jadinya hanya diam
seperti bukan juga
ku tahu tenggorok begitu kering
lidah terasa kelu
masihkah kita kembali memenuhi halaman kosong
dengan mengukir setiap jejak
memberikan tanda pada setiap lankahlangkahnya
dan biarkan warna hadir dengan sendirinya
diam kembali menutup ruang
dan kita menanggalkan tempat
melangkah pada air mengenang
terimakasih kau telah singgah
menunggu kopi hitam dingin
Jelang subuh kampoeng utan,11/4
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskunjungan gan .,.
BalasHapusBelajarlah untuk bisa menerima sesuatu yang baru.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.