Pages

Minggu, 13 Maret 2011

“kepada perempuanku”

Tak terhitung sudah langkah
Benarkah telah melelah
Kala tanya pada muara
Bukanya enggan terpikirkan tentang muara

Kau berkata tentang lelah
Begitupula dengan ku
Mari kita melepas sejenak penat
Membersihkan telepak kaki yang penuh dengan pasir
Pasir yang mengetuk hati
Pilu, sedu lalu air mengucur
Jangan bekukan


Jangan korbankan
mengenai dunia kecil ini

walau, langkahmu dirudung nasib yang membiru
kutahu bahwa terlalu banyak senduan dalam galau
Setibanya di muara, namun bukan tempat akhir
mari sejenak kita berhenti
dan esok kita akan berkelana kembali
karena asa tak perlu terbunuh
mereka pun demikian
bahwa setiap penghuni berkicau
dari kecil sampai binatang terbesar

membiarkan kicauan mendendang
dengan mimpi yang terjaga hidup
dengan para kelana

demikian kau, aku, dan mereka
Bukan
Bukan hendak melepas
Karena kau tak pernah terlepas
Tapi, tentang detik yang membawa hari
Pada pengaduan

Dari sana, lah
kita akan berbicara tentang kisah
pada mimpi
dengan bersua padanya
bahwa kau harus menjadi bintang
untuk menerang dirimu saat berkelana
dengan kisah yang akan terukir
membentuk sebuah kisah tersendiri

ciputat,13/3/2011

2 komentar: