Kamis, 13 Oktober 2011
di sebuah titik
di tepianya kita menatap senja
dan kita terasa begitu dekat, sangat dekat
harapan merajut pada waktu, agar tak mudah terlarut
sehingga kita bisa lebih lama meneguknya
sayang, kita pun tau tak ada yang kuasa atasnya
seiring lenyapnya, kita dipaksa menanggalkan tempat itu
mempertanyakan dengan penantian pada titik itu akan mempertaukan kembali
menatap kembali senja
dan membiarkan angin menyibak rambutmu
ataukah
membiarkan semuanya menguap begitu saja
berubah menjadi butirbutir yang kita nikmati masingmasing di balik tirai
dengan memandang titik yang kian curam dalam deburan ombak terus menghantam
meski kita tahu
bahwa ini bukan hendak kita
Rabu, 12 Oktober 2011
digadai
adalah sepi yang tercabutnya ramai, tapi aku sedang berada di pasar
membiarkan tubuh tercabikcabik elang
berteriak menangis sejadijadi layaknya bayi
tak ada jawaban atas segenap pertanyaan
hanya melampirkan
secarik cerita mengadu tempat pegadaian
agar kugadaikan tubuhku
lalu berlari dan terus berlarilari
tak ada kata, tak ada tawa, tak ada tangis
semuanya melenyap dipermukaan
_________”___________
akhirnya kau datang juga
bawa sana,
lelah ku menyimpan tubuhmu
aku lemparkan ke laut, ikan menolaknya
di kubur, cacing pun menolak
demikian juga para penjagal daging
_____________________”________________
ku pandangi tubuh yang terdampar begitu saja
matanya terlihat tajam seperti hendak menyampaikan pesan, namun tenggorakannya seperti tersendat
siapa yang hendak menerima tubuh
Sebuah Catatan Terasing
Jumat, 02 September 2011
Senin, 29 Agustus 2011
tanpa sehelai benangpun
hanya tertutup dengan jeritanjeritan
menderai air mata
lalu benangbenang menutup kian tebal
hingga tak tahu mana yang benarbenar benang
dan kini, aku berharap dapat mengurai benangbenang tersebut
hingga tak ada lagi benang menutupku dihadapanMu
dengan deraian air mata
tapi, bagaimana caranya
anugrahMu telah aku gunakan untuk
merajut hati ini
membuatku kian tebal dihadapanMu
Minggu, 28 Agustus 2011
Ajakan Secangkir Kopi
berserta rokok
nikmati dalam dinginnya malam
sambil menatap langit,
sayang tak ada bintang
apakah kau bersedia menikmatinya bersama
dan kita akan melahap setip katakata
sebagai penghias malam
walau katakata tak seindah para penyair
dan aku bukan pembuat sajak sepotong senja untuk kekasasihku
aku hanya pecinta kopi, yang memintamu untuk ikut menikmati
tak perlu kau risaukan tentang hari esok
sebab tanpa dinanti pasti akan datang jua
lalu kita tinggal mencipatkan jejakjejak
walau harus mengulang jejakjejak
dan ini adalah jejak kita, bukan jejak mereka
sebab aku, kamu, dan mereka mempunyai jejaknya yang telah diukir masingmasing
Jumat, 26 Agustus 2011
tibatiba gelap
menatap langi pekatpekat
sudah tak terhitung berapa lama
tak peduli pancaran sinar
deburan ombak saling mengejar tak henti menerpa karang
bagiamana seketika karang pun hancur
ombak merasa lelah
dan tibatiba langit menghitam
tak terdengar deru ombak
tak ada lagi cerah langit
hanya hening nan gelap
Selasa, 23 Agustus 2011
belum ada judul
atau mengaduh pada nasib
yang berharap pada iba
hanya berlari meninggalkan perih
sebagai balasan terhadapa kepengecutan
terus berlari meninggalkan jejakjejak yang menghantui
dan hantuhantu terusa saja tertawa riang
lalu bagaimana mungkin aku dapat berdiri di puncak
jika aku masih saja tak kuasa menata ulang
serpihanserpihan yang telah melebur
bahkan terukurai
jika saja memang benar adanya
lalu apakah aku akan bersandar padanya
sedangakan untuk menyebut namanya pun
aku malu
sebab aku hanya mempermainkannya
dengan segala janjijanji yang tak pernah terwujud
bahkan aku dengan bangga mengikari atasNya
dan saat ini, biarlah aku berlari
mukin dengan jalan yang bukan kau ridhoi
walau aku tak kuasa untuk melangkah
Minggu, 21 Agustus 2011
asap hitam
meyibak rasa gundah terus menekan
menyeksakan dada
hendak kuganti penghuninya
kupicu langkahku
namun, nafasnafas semakin memburu
kusandarkan padanya hanya angin yang terasa sesaat
lalu nafasnafas itu tetap saja memburu
tak ada tempat, semuanya sama
dunia telah menjadi kupalan asapasap hitam
yang selalu saja membuatku dadaku sesak
Jumat, 19 Agustus 2011
hanya sampah
lalu memungutnya
untuk ditambal pada lembaran yang bocor
lalu kulemparkan kembali kata itu pada tong sampah
semua kata layaknya sampah
apakah pikiran ini yang sampah
sehingga tak tau kata yang mana
jika benar bahwa sebuah tulisan adalah sebuah ekpresi
ekpresi dari apa yang dirasakan
aku tak tahu apa rasanya
yang tahu aku sedang berjalan entah kenama dengan rasa takut
teruntuk
orang melalui spermanya aku terlahir
izinkan aku mencari sesuatu yang masih kupertanyakan
tak usah kau risaukan
dan tertuntuk yang tak terjangkau, sampaikan rinduku pada perempuan yang dari rahimnya aku terlahir
tempatkan dia di tempat terindah
untuk yang selama ini selalu menemaniku,
tak ada kata yang terlahir
semua kata terasa habis terbakar
dan hanya menyisakan sebuah huruf yang menyalin sebuah namamu.
Minggu, 26 Juni 2011
Karangpun lebur
dan pada akhirnya akupun terkapar
sebelum semua usai
akan kugoreskan warna
walau kukenal hanya hitam dan putih
selakyaknya permainan ada kalah dan menang
dan sang pencipta berdiri kokoh menykasikan orangorang yang menjadi gila
lalu sebagaian orang membunuhnya dengan menciptakan Tuhan-Tuhan baru
agar menjadi pemenang
sedangkan aku berdiri menatap ombak yang tak lelah menghamtam karang
terasa pilu lalu semuanya akan melebur
dengan sesuatu yang belum terjawab
(ciputat 25/6)
Kamis, 23 Juni 2011
tapi semua masih terekam dengan jelas
guratan-guratan yang
selalu mengajakku untuk memasukinya
tarikannya begitu kuat
walau waktu melaju dengan cepat
yang kemudian menutup dan siap membuka cerita baru
hingga berlembar-lembar cerita
memang rasa ini terbalut dengan senang, sedih, suka, duka atau mungkin hal-hal yang lebih semu
namun, cerita indah akan selalu mempunyai tempat tersendiri
kaupun tentunya mengetahuinya
bahwa adakah cerita lebih indah melibihinya
Rabu, 15 Juni 2011
kampung mati
mengabiskan sisasisa kandungan
rasa panas terserap malalui telapak kaki
maklum hujan tak kunjung singgah
orangorang mulai berpikir
tentang Tuhan
segala ritual telah terhadirkan
dan mengutuk yang namanya kemarau
sungai hanya segores cerita lama
seperti hanya perkampungannya
begi pula dengan orangorangnya
sesungguh air telah berpindah tempat
Minggu, 12 Juni 2011
menatapnya
hanya membuat pilu
teruma saat tersenyum
saat tertulis dalam catatan harian bahwa hidup adalah tragedi
kau hanya pantulan wajahku
dan kau pun hanya pelengkap
dari hitam dan putih
memang angin masih berhembus
dan senyum masih terhias pada langkahlangkah
malam ini
esok
malam
dan esok
langkah yang mana
simpang jalan ini,
kau dan aku menuntut atas takdirnya
Rabu, 08 Juni 2011
Selasa, 31 Mei 2011
mendengkur
terasa begitu nikmat
iri padanya
sambil berharap
andai saja saya bisa……………..
tentunya sekarang saya ada di hotel
sambil berpuas diri untuk mendengkur
bukan di ruangan ini, dan selalu bertarung dengan nyamuk
membuat malamku terasa menyiksa
dan badanku terlalu sulit untuk gemuk
saat menjelang pagi
Kamis, 26 Mei 2011
Melawan Sepi
begitupula dengan rokok
setelah semalam kugeluti keduanya
malam mengantarkan aku pada kerinduan tentangmu
akupun mencari jawaban atasnya
pada terminal yang terdengar hanya suara deru mesin
lari ke pasar didapati suara menjajakan barang
radio dengan suaranya
TV menatap penuh hampa
Kuukir sebuah nama pada pasir yang terdengar deru ombak
Walau telah terhidang
Masih ku bertanya tentang jawaban atas sepiku
Minggu, 22 Mei 2011
Persinggahan
kita menantikan racikan dari orang yang sedang meracik kopi
nyala lampu remang membuatmu terasa begitu manis
lalu kau gengam tangan kananmu pada secangkir kopi
penuh harap pada hangatnya
terkadang kau temukan kedua telapak tangamu lalu kau gesekan
malam kian larut, tapi hujan belum juga menunjukan tanda-tanda untuk reda
mari kita menembus rinai hujan ini
membiarkan tubuh kita kembali diguyur hujan
merasakan rasa dalam udara yang semakin dingin
dan biarkan tempat ini, menjadi salah satu tempat persinggahan dalam perjalan kita
lalu kaupun hanya membalas dengan senyum
Kamis, 19 Mei 2011
kala hujan
mengusik
menarikku untuk menelusuri kembali jejak
sayang, aku hanya menatap di balik jendela
bagaimana denganmu
apakah kau juga merasakannya
membiarkan dirimu basah
atau hanya menatap
kuharap hujan ini bukan hanya suatu persinggahan
lalu berlalu begitu saja
Selasa, 17 Mei 2011
luka
terhampar puing-puing
lalu hanya tawa yang terdengar
tatkala
sekelebat kelalar memecah rembulan
membiarkan rambut terurai angin
sambil menatap kembali puing-puing tersebut
tanpa sadar kugores pada puing yang menguak
hingga terasa begitu perih
Senin, 09 Mei 2011
Bendara Putih di papan catur
dan berkibarannya bendara kuning
kuharap masih tetap melangkah
serat benar terasa
hanya putaran waktu yang membawaku kembali memejamkan mata
memang aku tak mengetahui langkah ini
tak seperiti pada tanah basah yang menepakan jejak
lalu, apakah padamu aku akan berbicara?
kukira aku tak akan, walau kutahu kau akan membiarkan dirimu terlalut dengan ceritaku
bukan aku tak memandangamu
sebab ini langkah yang telah kupilih
walau kuterjebak pada salah satu bidak bidak
maka mereka akan berkata hitam dan putih
lalu semua kembali pada kata hidup
kau kah hidup, kupikir bukan juga
tapi, kenapa kau berbicara bahwa itu adalah hidup
pernah juga kubuka pada dentuman lagu
begitupula bersetubuh dengan alkohol
langkah yang salah
kenapa sebelumnya tak kuletakan luncur itu pada putih
hingga tak kuasa melawan bidaknya yang telah ditentukan
Pion,pun sanggup terus malangkah hingga menjadi patih
aku bukan pion, luncur, atau kuda yang terasa begitu aneh disandingkan dengan yang lain
Minggu, 08 Mei 2011
kau, mereka, dan aku
dengan tubuh terpanggang matahari
baju baju telah basah
debu beradu dengan gas
menampar wajah kian tebal
kau yang berhambur
dengan darah bebas dari tubuh
daging telah menghitam, hangus sudah
lalu tersiat kabar
kau orang hilang
kau juga orang yang terkapar
kau relakan
hanya untuk sebuah mimpi
lalu seuntai kata sabagai pengantar kau
kau hidup bukan untuk hidupmu
dari dunia yang kelam
berharap malam terbit matahari
mencari sisa embun
begitulah coloteh mereka padamu
dari orangorang
sibuk mengenangmu
mungkin harapmu bukan untuk dikenang
atau sekedar mengenang
bahwa kau adalah pahlawan
kau yang di sana
apakah kau mengetahuinya, kawan?
bahwa mimpi hanya milikmu
silahkan pula kau menangis tersedusedu
ini, lah hasil dari mimpimu, kawan
bahwa
ada tertulis DPR jalanjalan
ada juga KKN masih menjadijadi
rakyat berebut lahan
dengan demokrasi
atau
mungkin kini kau telah temui
matahari telah terangi malam
embun terasa menyejukan dadamu yang sesak
jalan mewangi taburan bunga
sedangkan aku
hanya diam
penuh bisu menatap diriku
Sabtu, 07 Mei 2011
terasing
memandang pada wajah-wajah yang riang
benar di sini sedang ada pesta
tapi, entahlah
aku sendiri bertanya sedang apa?
aku menatap pada sebuah lembah
pucuk pinus berdansa mengikuti irama angin
sambil menikmati secangkir kopi hitam
lalu rokok aku hisap kuat kuat terasa begitu nikmat
tiba-tiba saja ada gelak tawa
yang membuyarkan lamunan
dan kudapati kembali wajah-wajah riang
Jumat, 06 Mei 2011
Katakan saja
mengukir rasa
sayang, kau hanya berkata dengan bisumu
Lalu tinta hitampun menguap hening, sehening diammu
Kenapa tak kau lepaskan saja penjara heningmu
dengan sejenak kau dengarkan tentang dinding bersua
lalu tinggal berteriak saja, mudah, toh.
mari kita berbicara tentang rasa yang merasa
atau mengutuknya dengan umpatanumpatan yang begitu memuakkan
bisa juga berlari karena takut akan dindingdinding yang terkuak
Kau kira, kau telah tenggelamkan
rasa yang menuntun pada tempat berlabuh
Rabu, 04 Mei 2011
G I L A
L A
Aku terlelakan disini
Bersama gelak tawa mereka
tersingkir dalam dunia
Saat ini atau saat nanti
Kegilaan ini mungkin berkah
Saat aku benar-benar gila
Dan gilaku ini tak lebih gila atas mereka
Yang seakan suci membungkus kegilaan
Tawaku ini bukan sekedar tawa
Atas tangis hanya sekedar tangis
Jijik aku, sejijik kamu melihat aku
Ingin kuinjak tanah basah
Dalam gengam sang pelita
Ingin kumenangis bukan sekedar tangis
Saat aku disini dan benar-benar disini
Pikir bukan sekedar pikiran
Saat aku berfikir dalam kukur
Hitam kini telah putih
Dalam kertas warna hidup
Puas kuhirup tanah mati
Yang hidup dalam hati
Terus tumbuh dan berbuah
Saat embun basahi bejana
Kain ini hanya selembar kain
Yang berwarna tampa makna
Symbol hanya sebagai symbol
Sejarah hanya goresan cerita
mayat penggali kuburan
nyanyian malam berupa lolongan anjing lapar
begitupula ribuan laron mengantarkan nyawa di sebuah bolham 5W
mencekam kesunyian
mengoyak hati
kutebus hujan kecil yang hadir tanpa undangan
menelusuri dinginnya malam di balik pohon kamboja
hamparan mayat tertutup kilauan cahaya
di tengah aroma parfum mengundang berahi
akhirnya kugali sendiri kuburanku
Selasa, 03 Mei 2011
sesal
Saat waktu menggrogoti jaman
Mengukir kembali apa yang pernah terjadi
Tak terasa tetes dan senyum menghias sesak
musik jazz berserta wisky
menebus dinding telinga
kupikir tak ada yang benar-benar tuli
suara ricik gemercik mengiring langkahnya
melangkahnya menebus panas yang penat
setelah deru mesin sebagai isyarat
pengantar
di antara derai tawa membisu
tuan adakah rasamu, rasa yang mendera
tentang anak mu yang sedang menyusui
membiarkan tubuhnya berselimut tangan sutra
nyoya dengan makeup tebal
tercium parfum perancis
sambil mendengarkan musik jazz
bertemankan dinginnya wisky
dan malampun pergi untuk menjemput pagi
di sebuah perapatan jalan
Minggu, 01 Mei 2011
dunia pendidikan
siapa dan untuk siapa
kenapa dan mengapa
sebab
para perumusnya sibuk dengan menekan angkaangka
para pengamatnya sibuk mencari katakata yang hilang
dan media hanya sibuk mempertontonkan mereka
tertawa sambil bertepuk tangan
jika ada teriakan hanya terlempar di tong sampah
teriakanpun hilang ditelan raksasa
lalu perutnya kian membuncit
dan raksasa semakin menggila
dengan cepat melahirkan para raksasa
peringatan menjadi doa yang terkutuk
Kihajar pun hanya diam dengan air bercucur
malam lenyap, tapi sayang matahari belum siap terbit
sulapan
hanya mendapatkan bangunan kian merapuh
lalu meleyap ditelan waktu
pesulap mendendangkan ajian
persekian detik
hatipun tertutup kilauan cahaya
ribuan suarasuara beradu suarasuara
melahirkan bising
diantaro pojokpojok hitam nampak lambaian miris
pada sejuta harap dalam kapar
samar disorot gemerlap
lalu semakin samar hinggap melenyap
sekedar mengenang untuk pesan kepada bangsa
maka tak perlua kau kenang jua, bahwa itu memang ada
sebuah tempat kami berada
walau tembok lembut kian menebal
kota tua, pada tengah malam di tengah keramaian.
Sabtu, 30 April 2011
Topeng
berbeda
"apa yang berbeda?"
tak tau, terlalu banyak topeng
"topeng apa?"
topeng di wajah
sampaisampai aku tak mengenal wajahku dan begitupula dirimu
tadinya, kupikir wajahmu adalah wajahku
Rabu, 27 April 2011
simpuhku
mengikuti setiap jalur yang kutelusuri
kau yang sudah tak tersentuh
begitu pula dipandang
orangorang berceloteh
bahwa datang dan pergi
sudah biasa
benarkah kau mengerti tentang hilang
setitikpun aku tak merelakan dirinya lenyap
namun,sayang kuasaku tak mampu melawan kuasaMu
maka
dengan segala macam sesembahan
atas kelayakanMu mendapatkannya
maka padaNya aku pinta
biarlah dia ada dalam pelukanMu
walau sedat benar kata untuk menyebut namaMu
dan simpuhku berupa taburan murkaMu
selamat jalan
wahai yang tak tergantikan
maafkan atas jawaban sayang
Minggu, 24 April 2011
Hampa adalah ada
Agar abjad
Melahirkan kata
Kenapa juga kupaksakan untuk ada
lalu
biarlah tanya menjadi hampa
dengan kehampaan yang menjadi ada
sebab hampapun adalah ada
Orangorang vampir
sejak kapan mereka berkumpul
tak ada yang mengetahui
awalnya mereka menelan ludah
lalu
masingmasing menjilati tubuhnya
tibatiba
mereka mengisap darah diantara mereka bak vampir
lalu salah satu menggigit nadi
sampai tak ada untuk diisap
dengan kaparan penuh luka
di hadapan mereka terdapat seorang yang menjajarkan segala macam jenis minuman, di dalamnya terdapat seroang dengan pakain kebesaran sibuk memberi stempel
air tanah
tanahair
berubah menjadi hempasan tandus
Hangus sudah
Ciputat 15/4/2011
Sabtu, 23 April 2011
mewarnai dunia
tergores
hitam
putih
saat mereka memberikan warna
seperti orang yang buta warna
sedangakan aku
menyelam
pada pahit melebihi brantawali
atau manisnya melebihi tebu
mencabik tawar pahit manisnya hidup
Minggu, 17 April 2011
mimpi
dari nafas yang tersedat
tak ada suara lainnya
inikah sepi yang menjalar dari dengkuran
dengan menawarkan mimpi
saar fajar kupandang mimpi yang tertancap
dengan senyum getir
Kamis, 14 April 2011
zaman
terlahir dari magma
suara rakyat merakyat
dari gedung
inikah pembangunan
terlahir dari tanah
suara rakyat merakyat
dari apartemen
inikah reformasi
terlahir air
suara rakyat merakyat
dari hotel
Selasa, 12 April 2011
Bersyukur
ombak menganyunkan-ayunkan sampan
tangan kekar mendayung
menyelinap antar kapal-kapal
esok akan ada yang naik sampan
sambil mengisap rokok
sambil menanti sembelum matahari
tak berdaya
atau sekedar duduk di tepi
pelepas jengahnya
dan akan berkata kembali
“biarlah dengan esok, sekarang nikmati saja yang ada
atau, atau saja”
lalu semua tinggal menanti ujung perjalanan
Senin, 11 April 2011
Kisah di Sebuah Taman
yang mengahadirkan
kembali membawa pada perjumpaan
kukira akan enyah
Rumiyem
bukan nama sebenarnya
tubuhnya tak gemuk
dan juga tak tinggi
kehadirannya di antara mereka yang sedang menanti
waktu
hanya sekedar menanti kehadiran
dengan sesembahan
kembang api memancarkan warna di atas gedung
Suara-suara terompet
sebagai ritual penyambutan pada hadirnya waktu
sepertinya perempuan itu, bukan untuk menikmati kembang api
ia berjalan mendekati air
sesudah itu terdengar takbir darinya
suara yang terkadang melantun memadu dengan gelak tawa
Keningnya mencium lembaran kertas
hembusan nafas lembutnya beradu dengan orama alkohol
selepasnya
tubuhnya terbaring di atas sejadah
pancaran lampu kota menyinari muka
sesujuk angin malam
kemang, menjelang tahun baru
Rabu, 06 April 2011
aku?
aku……………………………………..?
…………………aku……………………?
mencari istilah kata
Segala kamus berterbaran tak berdaya
penyerahan diri
dengan bersetubuh
pada pertemuan antar pagi
begitu pula malam hari
sesekali terasing
Minggu, 03 April 2011
mual
hanya hampa belaka
sebab
mereka hanya menyebarkan ungkapan-ungkapan basi
terasa mual dibuatnya
Nyamuk berceloteh, Manusia pun terkapar
beriba pada sunyi
bukan tak berkehendak tuk membagi, bukan
aku tak rela untuk kau nikmatin
tapi redakan bisingmu
atau henyalah
kau kira, aku menikmatinya
hanya untuk bertahan hidup dengan kematian yang selalu menghantaui
Kau pun cukup mengetahui tentang hidup
bahwa aku merelakan diri, tanpa bisa mengelak atasNya
bukan aku yang harus pergi, tapi mereka
yang menjadikan aku kambing hitam dari kehidupanmu
mereka yang menghisapmu tanpa rasa puas
sampai kau benar-benar terkapar tanpa darah
Minggu, 27 Maret 2011
aku putaran waktu
kakiku belum lumpuh direnggut sang Tuan
layaknya elang yang mengepakan sayap
dan juga perjuangan tetasan kura-kura yang penuh ancaman
tapi ikan salmon tak perlu peta arah pulang
Pada waktunya pula, aku akan kembali
melalui lorong rimbunan hitam
menyimak sepasang kupu-kupu
Salam bagi para pengelana kata-kata
membiarkan jiwanya mengembara
tak merelakan jiwanya direnggut
Dengan mata yang selalu memerah
25/3/2011
Sabtu, 26 Maret 2011
Bercumbu
lalu terseduh
tak perlu mengumpat, tinggal kau nikmati
atau tinggalkan saja dan kau cari yang lain
biarkan kuteguk
manis pahitnya
mengendap getir
luar sana
daun-daun melambai
mengepas embun
tepat matahari terasa enggan bangun
menghidangkan kembali
membentang rasa semu
Jika kau tak berminat
akupun engan berbagi
Rabu, 23 Maret 2011
Dialog Rembulan dengan Matahari
Beraninya, mengusikku
Tidakkah kau lihat sepesang remaja sedang menikmatiku
Setelah sekian lama mereka merindukan akan diriku
Sebab ada seorang penyair yang mencuri sebagianku kala senja , untuk diberikan pada kekasihnya
Mereka bukan sedang menikmatimu, tapi menantiku untuk datang
Sebab setelah beberapa hari ini, aku telah mempersiapakan diri untuk menampakan dengan sempurna, ungkap rembulan
Tapi, tidak ada seorang yang mencurimu, ungkap matahari dengan kesal
Yang dicuri adalah senja, lalu rembulanpun menampakan diri
Ciputat, 23/3
Rabu, 16 Maret 2011
keabadian kisah
rasa ini masih terasa benar
tentang…………………………………………
waktu juga yang bergerak maju
tapi, semakin membawa cerita pada pangkuan
tak ada yang meminta
seperti tak pernah lapuk
layaknya arus
memang sudah jalan kehidupan
bahwa ada yang datang dan pergi
dan kita memaksakan diri untuk menerimanya
tak berniat untuk menghapus
dan memang tak pernah bisa terhapus
karena hati ini memiiiki bagiannya tersendiri
saat tiba waktunya kita akan perjumpa
tak perlu kau menanti
bukan untuk saat ini
ku sendiri tak tau benar kapan itu terjadi
saat ini biarkan aku mengukir jalan ini
kisah kita telah berbeda
kuharapkan kebahagianmu di sana
bertemankan para bidadari
Selamat jalan, kuharapan pengampunan atas sikapku
Ciputat , menjelang pagi, 17/3/2011
menyerah
Sepertinya hendak turun hujan
Teryata hanya rintik-rintik
Tak seperti hari kemarin
Yang panas begitu terasa benar
Awalnya kupikir tak perlu merisaukan adanya
Teryata aku tunduk padanya
Buntu,15/3/2011
Selasa, 15 Maret 2011
“cerita kawan, untuk mimpi”
pada malam menampilkan mimpi-mimpi
lalu, kita terbuai olehnya
cukup lama sudah
kita dibuai olehnya
sama halnya buaian payudara kala kita merengek
kawan
jangan kau bunuh aku
kawan, ajak saja aku untuk keluar dari ranjang empuk ini
atau kutampar pula kau agar tak terdengar rayu
biarkan mata memerah
muka penuh makup debu
pakaian membasa
memang kita tak perlu menjadi kelelawar saat malam tiba
tangan ini terlalu longgar lalu mengepas kita
dalam sunyi masing-masing
waktu telah berkuasa
dengan merenggut malam
kawan
sekarang rasa ini terlalu hambar
aku meneguk bir
mengasingkan diri dari waktu
yang terus merengguk
kau pun merangkai bunga tanda mati
saat aku masih merasakan hembusan nafas
dahaga yang mencibir
mimpipun melenyap
ciputat, 14/3/2011
Minggu, 13 Maret 2011
“kepada perempuanku”
Benarkah telah melelah
Kala tanya pada muara
Bukanya enggan terpikirkan tentang muara
Kau berkata tentang lelah
Begitupula dengan ku
Mari kita melepas sejenak penat
Membersihkan telepak kaki yang penuh dengan pasir
Pasir yang mengetuk hati
Pilu, sedu lalu air mengucur
Jangan bekukan
Jangan korbankan
mengenai dunia kecil ini
walau, langkahmu dirudung nasib yang membiru
kutahu bahwa terlalu banyak senduan dalam galau
Setibanya di muara, namun bukan tempat akhir
mari sejenak kita berhenti
dan esok kita akan berkelana kembali
karena asa tak perlu terbunuh
mereka pun demikian
bahwa setiap penghuni berkicau
dari kecil sampai binatang terbesar
membiarkan kicauan mendendang
dengan mimpi yang terjaga hidup
dengan para kelana
demikian kau, aku, dan mereka
Bukan
Bukan hendak melepas
Karena kau tak pernah terlepas
Tapi, tentang detik yang membawa hari
Pada pengaduan
Dari sana, lah
kita akan berbicara tentang kisah
pada mimpi
dengan bersua padanya
bahwa kau harus menjadi bintang
untuk menerang dirimu saat berkelana
dengan kisah yang akan terukir
membentuk sebuah kisah tersendiri
ciputat,13/3/2011
“Rindu”
Rindu yang telah membuat aku terdampar
Berbicara rindu merindu
Aku lebih mengenal
Rokok tak berasa begitu pula dengan kopi
Bukan untuk lesung pipimu, karana masih begitu nampak
telah menjadi abadi
dalam setiap jejak
Yang terukir
Tak usah melihat lain
Karena kita telah menjadi kisah tersendiri
Ciputat,13/3/2011
Selasa, 22 Februari 2011
“Kelahiran”
aku telah bersetubuh
Entah berapa kali lamanya
Lalu mengendap
Hingga kau hadir
Maafkan anakku
Jika dicaci, diumpat
Karena kau cacat
Mereka akan berkata kau terlalu dini
Prematur
Tapi, kau tetap anakku
Lahir dari rasa ini
Dengan gejolak yang selalu mengendap
Kau akan matang kelak
Hingga kau rasakan matangnya
Ciputat,7/2/2011
“Sesajen”
Rokok kretek
Mengunci diri
Sepi, hening
Sesunyi huruf yang enggan tampak
Ciputat,6/2/2011
Sabtu, 19 Februari 2011
Tragedi
Persekian detik ribuan nyawa terhempas
Tak ada jerit,
tak ada darah,
begitu pun pemakaman
Semua terjadi begitu lembut
Mereka berserakan
Memenuhi ruangan
Pemberontakan menghadirkan kepasrahan
Ciputat, 5/2/2012
Selasa, 01 Februari 2011
Permohonan sang pendosa
bukan untuk mengungkit
ku tau kau lebih paham dalam hitung-menghitung
karena kau bukan pelupa
lalu bertanya
terkadang menghujatnya
mereka berbicara
dan entah
apa itu jawaban
ada yang terlewatkan berupa
sengaja tak memberikan huruf besar
Karena kuyakin ia tak membutuhkan
Karena ia pemilik dari segalanya
tentunya ia tak akan merasa seresah
bukan untuk pengampun
karena ku masih bemain-main dengan nafsu
untuk berapa lama aku menjawab diri
aku hanya meminta dari kemurahan hatimu
Jangan kau hunus rasa ini
bukankah kau sendiri yang telah meminta agar aku meminta
bukankah kau yang telah memberikan
selain otak
dengan harap kau tak matikan waktu
menelantarkan layaknya sisifus atau zombi dalam melihat hari
walalu kutau
aku seorang pendosa
ciputat, 30/1