goresan sejarah tanpa tinta
hanya mendapatkan bangunan kian merapuh
lalu meleyap ditelan waktu
pesulap mendendangkan ajian
persekian detik
hatipun tertutup kilauan cahaya
ribuan suarasuara beradu suarasuara
melahirkan bising
diantaro pojokpojok hitam nampak lambaian miris
pada sejuta harap dalam kapar
samar disorot gemerlap
lalu semakin samar hinggap melenyap
sekedar mengenang untuk pesan kepada bangsa
maka tak perlua kau kenang jua, bahwa itu memang ada
sebuah tempat kami berada
walau tembok lembut kian menebal
kota tua, pada tengah malam di tengah keramaian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kontradiksi dua goresan sejarah tanpa tinta
BalasHapus