bukan pada malam ini atau siang
kakiku belum lumpuh direnggut sang Tuan
layaknya elang yang mengepakan sayap
dan juga perjuangan tetasan kura-kura yang penuh ancaman
tapi ikan salmon tak perlu peta arah pulang
Pada waktunya pula, aku akan kembali
melalui lorong rimbunan hitam
menyimak sepasang kupu-kupu
Salam bagi para pengelana kata-kata
membiarkan jiwanya mengembara
tak merelakan jiwanya direnggut
Dengan mata yang selalu memerah
25/3/2011
Minggu, 27 Maret 2011
Sabtu, 26 Maret 2011
Bercumbu
diracik
lalu terseduh
tak perlu mengumpat, tinggal kau nikmati
atau tinggalkan saja dan kau cari yang lain
biarkan kuteguk
manis pahitnya
mengendap getir
luar sana
daun-daun melambai
mengepas embun
tepat matahari terasa enggan bangun
menghidangkan kembali
membentang rasa semu
Jika kau tak berminat
akupun engan berbagi
lalu terseduh
tak perlu mengumpat, tinggal kau nikmati
atau tinggalkan saja dan kau cari yang lain
biarkan kuteguk
manis pahitnya
mengendap getir
luar sana
daun-daun melambai
mengepas embun
tepat matahari terasa enggan bangun
menghidangkan kembali
membentang rasa semu
Jika kau tak berminat
akupun engan berbagi
Rabu, 23 Maret 2011
Dialog Rembulan dengan Matahari
Siapa kamu?
Beraninya, mengusikku
Tidakkah kau lihat sepesang remaja sedang menikmatiku
Setelah sekian lama mereka merindukan akan diriku
Sebab ada seorang penyair yang mencuri sebagianku kala senja , untuk diberikan pada kekasihnya
Mereka bukan sedang menikmatimu, tapi menantiku untuk datang
Sebab setelah beberapa hari ini, aku telah mempersiapakan diri untuk menampakan dengan sempurna, ungkap rembulan
Tapi, tidak ada seorang yang mencurimu, ungkap matahari dengan kesal
Yang dicuri adalah senja, lalu rembulanpun menampakan diri
Ciputat, 23/3
Beraninya, mengusikku
Tidakkah kau lihat sepesang remaja sedang menikmatiku
Setelah sekian lama mereka merindukan akan diriku
Sebab ada seorang penyair yang mencuri sebagianku kala senja , untuk diberikan pada kekasihnya
Mereka bukan sedang menikmatimu, tapi menantiku untuk datang
Sebab setelah beberapa hari ini, aku telah mempersiapakan diri untuk menampakan dengan sempurna, ungkap rembulan
Tapi, tidak ada seorang yang mencurimu, ungkap matahari dengan kesal
Yang dicuri adalah senja, lalu rembulanpun menampakan diri
Ciputat, 23/3
Rabu, 16 Maret 2011
keabadian kisah
kisah itu kembali, kisah yang telah lapuk
rasa ini masih terasa benar
tentang…………………………………………
waktu juga yang bergerak maju
tapi, semakin membawa cerita pada pangkuan
tak ada yang meminta
seperti tak pernah lapuk
layaknya arus
memang sudah jalan kehidupan
bahwa ada yang datang dan pergi
dan kita memaksakan diri untuk menerimanya
tak berniat untuk menghapus
dan memang tak pernah bisa terhapus
karena hati ini memiiiki bagiannya tersendiri
saat tiba waktunya kita akan perjumpa
tak perlu kau menanti
bukan untuk saat ini
ku sendiri tak tau benar kapan itu terjadi
saat ini biarkan aku mengukir jalan ini
kisah kita telah berbeda
kuharapkan kebahagianmu di sana
bertemankan para bidadari
Selamat jalan, kuharapan pengampunan atas sikapku
Ciputat , menjelang pagi, 17/3/2011
rasa ini masih terasa benar
tentang…………………………………………
waktu juga yang bergerak maju
tapi, semakin membawa cerita pada pangkuan
tak ada yang meminta
seperti tak pernah lapuk
layaknya arus
memang sudah jalan kehidupan
bahwa ada yang datang dan pergi
dan kita memaksakan diri untuk menerimanya
tak berniat untuk menghapus
dan memang tak pernah bisa terhapus
karena hati ini memiiiki bagiannya tersendiri
saat tiba waktunya kita akan perjumpa
tak perlu kau menanti
bukan untuk saat ini
ku sendiri tak tau benar kapan itu terjadi
saat ini biarkan aku mengukir jalan ini
kisah kita telah berbeda
kuharapkan kebahagianmu di sana
bertemankan para bidadari
Selamat jalan, kuharapan pengampunan atas sikapku
Ciputat , menjelang pagi, 17/3/2011
menyerah
langit menghitam
Sepertinya hendak turun hujan
Teryata hanya rintik-rintik
Tak seperti hari kemarin
Yang panas begitu terasa benar
Awalnya kupikir tak perlu merisaukan adanya
Teryata aku tunduk padanya
Buntu,15/3/2011
Sepertinya hendak turun hujan
Teryata hanya rintik-rintik
Tak seperti hari kemarin
Yang panas begitu terasa benar
Awalnya kupikir tak perlu merisaukan adanya
Teryata aku tunduk padanya
Buntu,15/3/2011
Selasa, 15 Maret 2011
“cerita kawan, untuk mimpi”
dalam sebuah tegukan bir
pada malam menampilkan mimpi-mimpi
lalu, kita terbuai olehnya
cukup lama sudah
kita dibuai olehnya
sama halnya buaian payudara kala kita merengek
kawan
jangan kau bunuh aku
kawan, ajak saja aku untuk keluar dari ranjang empuk ini
atau kutampar pula kau agar tak terdengar rayu
biarkan mata memerah
muka penuh makup debu
pakaian membasa
memang kita tak perlu menjadi kelelawar saat malam tiba
tangan ini terlalu longgar lalu mengepas kita
dalam sunyi masing-masing
waktu telah berkuasa
dengan merenggut malam
kawan
sekarang rasa ini terlalu hambar
aku meneguk bir
mengasingkan diri dari waktu
yang terus merengguk
kau pun merangkai bunga tanda mati
saat aku masih merasakan hembusan nafas
dahaga yang mencibir
mimpipun melenyap
ciputat, 14/3/2011
pada malam menampilkan mimpi-mimpi
lalu, kita terbuai olehnya
cukup lama sudah
kita dibuai olehnya
sama halnya buaian payudara kala kita merengek
kawan
jangan kau bunuh aku
kawan, ajak saja aku untuk keluar dari ranjang empuk ini
atau kutampar pula kau agar tak terdengar rayu
biarkan mata memerah
muka penuh makup debu
pakaian membasa
memang kita tak perlu menjadi kelelawar saat malam tiba
tangan ini terlalu longgar lalu mengepas kita
dalam sunyi masing-masing
waktu telah berkuasa
dengan merenggut malam
kawan
sekarang rasa ini terlalu hambar
aku meneguk bir
mengasingkan diri dari waktu
yang terus merengguk
kau pun merangkai bunga tanda mati
saat aku masih merasakan hembusan nafas
dahaga yang mencibir
mimpipun melenyap
ciputat, 14/3/2011
Minggu, 13 Maret 2011
“kepada perempuanku”
Tak terhitung sudah langkah
Benarkah telah melelah
Kala tanya pada muara
Bukanya enggan terpikirkan tentang muara
Kau berkata tentang lelah
Begitupula dengan ku
Mari kita melepas sejenak penat
Membersihkan telepak kaki yang penuh dengan pasir
Pasir yang mengetuk hati
Pilu, sedu lalu air mengucur
Jangan bekukan
Jangan korbankan
mengenai dunia kecil ini
walau, langkahmu dirudung nasib yang membiru
kutahu bahwa terlalu banyak senduan dalam galau
Setibanya di muara, namun bukan tempat akhir
mari sejenak kita berhenti
dan esok kita akan berkelana kembali
karena asa tak perlu terbunuh
mereka pun demikian
bahwa setiap penghuni berkicau
dari kecil sampai binatang terbesar
membiarkan kicauan mendendang
dengan mimpi yang terjaga hidup
dengan para kelana
demikian kau, aku, dan mereka
Bukan
Bukan hendak melepas
Karena kau tak pernah terlepas
Tapi, tentang detik yang membawa hari
Pada pengaduan
Dari sana, lah
kita akan berbicara tentang kisah
pada mimpi
dengan bersua padanya
bahwa kau harus menjadi bintang
untuk menerang dirimu saat berkelana
dengan kisah yang akan terukir
membentuk sebuah kisah tersendiri
ciputat,13/3/2011
Benarkah telah melelah
Kala tanya pada muara
Bukanya enggan terpikirkan tentang muara
Kau berkata tentang lelah
Begitupula dengan ku
Mari kita melepas sejenak penat
Membersihkan telepak kaki yang penuh dengan pasir
Pasir yang mengetuk hati
Pilu, sedu lalu air mengucur
Jangan bekukan
Jangan korbankan
mengenai dunia kecil ini
walau, langkahmu dirudung nasib yang membiru
kutahu bahwa terlalu banyak senduan dalam galau
Setibanya di muara, namun bukan tempat akhir
mari sejenak kita berhenti
dan esok kita akan berkelana kembali
karena asa tak perlu terbunuh
mereka pun demikian
bahwa setiap penghuni berkicau
dari kecil sampai binatang terbesar
membiarkan kicauan mendendang
dengan mimpi yang terjaga hidup
dengan para kelana
demikian kau, aku, dan mereka
Bukan
Bukan hendak melepas
Karena kau tak pernah terlepas
Tapi, tentang detik yang membawa hari
Pada pengaduan
Dari sana, lah
kita akan berbicara tentang kisah
pada mimpi
dengan bersua padanya
bahwa kau harus menjadi bintang
untuk menerang dirimu saat berkelana
dengan kisah yang akan terukir
membentuk sebuah kisah tersendiri
ciputat,13/3/2011
“Rindu”
Jangan kau kira bahwa aku tak merindu
Rindu yang telah membuat aku terdampar
Berbicara rindu merindu
Aku lebih mengenal
Rokok tak berasa begitu pula dengan kopi
Bukan untuk lesung pipimu, karana masih begitu nampak
telah menjadi abadi
dalam setiap jejak
Yang terukir
Tak usah melihat lain
Karena kita telah menjadi kisah tersendiri
Ciputat,13/3/2011
Rindu yang telah membuat aku terdampar
Berbicara rindu merindu
Aku lebih mengenal
Rokok tak berasa begitu pula dengan kopi
Bukan untuk lesung pipimu, karana masih begitu nampak
telah menjadi abadi
dalam setiap jejak
Yang terukir
Tak usah melihat lain
Karena kita telah menjadi kisah tersendiri
Ciputat,13/3/2011
Langganan:
Postingan (Atom)