dalam sebuah tegukan bir
pada malam menampilkan mimpi-mimpi
lalu, kita terbuai olehnya
cukup lama sudah
kita dibuai olehnya
sama halnya buaian payudara kala kita merengek
kawan
jangan kau bunuh aku
kawan, ajak saja aku untuk keluar dari ranjang empuk ini
atau kutampar pula kau agar tak terdengar rayu
biarkan mata memerah
muka penuh makup debu
pakaian membasa
memang kita tak perlu menjadi kelelawar saat malam tiba
tangan ini terlalu longgar lalu mengepas kita
dalam sunyi masing-masing
waktu telah berkuasa
dengan merenggut malam
kawan
sekarang rasa ini terlalu hambar
aku meneguk bir
mengasingkan diri dari waktu
yang terus merengguk
kau pun merangkai bunga tanda mati
saat aku masih merasakan hembusan nafas
dahaga yang mencibir
mimpipun melenyap
ciputat, 14/3/2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar